World News

Rabu, 26 Februari 2014

Kunjungan Dosen ke Luar Negeri

Kunjungan ke Luar Negeri; Upaya Peningkatan SDM

SEMARANG, PYTHAGORAS – Beberapa waktu lalu tidak sedikit dosen IAIN Walisongo Semarang dikirim ke luar negeri dalam rangka memberi kemajuan bagi konversi IAIN menuju UIN yang sedikit tertunda oleh beberapa hal. Program tersebut merupakan salah satu bentuk upaya IAIN dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan menggunakan anggaran dana dari Asian Development Bank (AsDB).
Ketua Jurusan Tadris Matematika, Saminanto yang juga ikut serta dalam program itu mengatakan bahwa kunjungannya ke luar negeri berkaitan dengan pengembangan kurikulum yang akan diterapkan di IAIN terutama di Tadris Matematika. Sehubungan dengan hal tersebut, ia mengikuti training on curriculum of development selama satu minggu di Universitas Sains Islam Malaysia (USIM).
Perguruan tinggi Islam yang pertama didirikan oleh kerajaan Malaysia pada permulaan abad ke-21 itu dijadikan oleh IAIN sebagai tempat untuk melakukan studi banding. Alasannya adalah integrasi ilmu sains dan ilmu Islam yang diterapkan di USIM selaras dengan tujuan yang ingin dicapai IAIN dalam pembangunan visi dan misi serta penyusunan kurikulum.
“Oleh karena IAIN sekarang akan berubah menjadi UIN, maka akan diterapkan paradigma baru yaitu unity of science atau wahdatul ulum ‘kesatuan ilmu’ yang mengandung arti bahwa tidak ada perbedaan antara ilmu agama dengan ilmu sains karena ilmu pada dasarnya berangkat dari Allah. Dengan demikian, visi, misi, dan apapun yang digerakkan IAIN harus menggunakan nafas yang dinamai paradigma unity of science,” ungkap lelaki yang akrab dipanggil pak Sam itu.
Setelah mengikuti studi banding di USIM, dosen-dosen diharapkan dapat melihat integrasi antara agama dan sains dalam kurikulum yang ada di sana, kemudian mengadopsi dan mengimplementasikannya di IAIN. Penerapan kurikulum di USIM sangat didukung oleh sistem budaya yang baik. Diantaranya tampak dari fasilitas, gedung-gedung yang atapnya berornamen al-Quran. Selain itu, salah satu syarat penerimaan mahasiswa ilmu kedokteran mengharuskan calon mahasiswa tersebut hafal al-Qur’an. Mereka juga harus mengalami persiapan selama satu semester, seperti materikulasi. Dalam persiapan tersebut telah tersedia lembaga untuk menampung mahasiswa dengan dibiayai oleh negara. “Kebijakan yang luar biasa itu dikarenakan USIM ingin mencetak para dokter seperti pada era Ibnu Sina,” kata pak Sam.
Menurut Saminanto sendiri, sebenarnya IAIN telah melakukan yang terbaik, hanya saja budaya keislaman di sini masih belum terdukung dengan baik. Oleh karena itu, integrasi yang akan dibangun di IAIN ada tiga yaitu islamisasi ilmu sains, humanisasi ilmu agama, dan membangun budaya kearifan lokal atau local wisdom.
Sebagai ketua jurusan, Saminanto berharap lulusan Tadris Matematika harus menjadi guru matematika yang profesional, pandai dalam matematika dan agama, serta berakhlakul karimah dan taat dalam beribadah karena hal itulah yang merupakan keunggulan tersendiri dari IAIN sehingga menjadikannya berbeda dengan lulusan Pendidikan Matematika dari perguruan tinggi lain. “Mulai tahun ini (2014), mahasiswa Tadris Matematika harus mengintegrasikan dalil-dalil al-Quran sebagai landasan dalam berpikir dan menerapkannya dalam kegiatan maupun tugas perkuliahan, salah satunya yaitu pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dengan demikian, terwujudlah kesatuan antara ilmu matematika dengan al-Quran,” tuturnya.
Aktif dan Berinisiatif
Bersamaan dengan dikirimnya dosen-dosen IAIN untuk studi banding di luar negeri, dua dosen Tadris Matematika yaitu Any Muanalifah dan Yulia Romadiastri juga berangkat ke luar negeri. Akan tetapi, tujuan dari Any dan Yulia berkunjung ke luar negeri bukan tugas dari IAIN melainkan untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu yang merupakan inisiatif mereka dalam menyikapi perkembangan ilmu matematika.
Any dan Yulia mengikuti program research school oleh Centre International de Mathématiques Pures et Appliquées (CIMPA) atau International Center for Pure and Applied Mathematics (ICPAM). CIMPA merupakan pusat United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) yang berbasis di Nice dan dibiayai oleh beberapa negara, salah satunya Perancis. Dalam research school terdapat semacam short course atau conference yang diadakan selama kurang lebih dua minggu di negara-negara berkembang dengan berbagai pilihan tema.
Menurut Yulia, peserta yang berminat bisa mendaftar secara online dengan cara mengisi formulir dan curriculum vitae ‘riwayat hidup’ serta mengirimnya yang kemudian akan diseleksi. Pada program ini hanya dibatasi empat kali pendaftaran research school karena mungkin keterbatasan dana. “Saya lolos seleksi short course di India dengan materi ‘Deret Fourier (baca: Foye)’ sesuai dengan latar belakang pendidikan saya,” ujar dosen kalkulus itu.
Pada waktu dan tempat yang berlainan, Any mengungkapkan kepada Pythagoras bahwa program CIMPA tersebut diperuntukkan bagi mahasiswa studi lanjut S2 atau S3. Jadi, tidak dikhususkan bagi dosen saja. “Seperti halnya bu Yulia, saya lolos seleksi short course di India, bedanya di sana saya mendapatkan materi ‘Aljabar’ dan ‘Teori Bilangan’. Selain itu, saya juga lolos seleksi short course dengan materi ‘Singularity Theory’ di Vietnam,” imbuhnya.
Perguruan tinggi di Indonesia, termasuk IAIN Walisongo juga bisa menyelenggarakan research school dengan cara mengirimkan proposal kepada CIMPA. Langkah-langkah yang dapat dilakukan diantaranya yaitu menentukan tema, pengisi lecture atau kuliah, tempat penyelenggaraan, dan perkiraan dana yang dibutuhkan. “Proposal yang telah dikirim akan diseleksi. Jika menurut mereka proposalnya memiliki prospek yang baik, maka bisa disetujui,” tandas Yulia.
Senada dengan hal tersebut, Any berkata, “jika kita berencana menjadi penyelenggara research school, maka kita harus memiliki kesiapan serta kematangan dalam segi fasilitas maupun pengetahuan dan penggunaan bahasa internasional, bahasa Inggris.” Untuk mewujudkan semua itu, hendaknya mahasiswa IAIN, khususnya Tadris Matematika harus bisa menguasai bahasa Inggris terlebih dahulu. Selain itu, dosen Struktur Aljabar tersebut juga berharap mahasiswa Tadris Matematika dapat aktif mengikuti perkembangan ilmu matematika.
Setelah mengikuti short course tersebut, Yulia mengatakan bahwa selain wawasan, teman ataupun koneksi juga menjadi bertambah. Ia berpesan, “mahasiswa Tadris Matematika harus bisa menggunakan bahasa Inggris dalam belajar matematika sehingga mahasiswa dapat belajar matematika secara luas, tidak hanya dalam ranah pendidikan. Mahasiswa juga harus bisa menguasai semua materi dasar matematika.”
Hal tersebut diamini Any. Selain itu, banyak pengalaman yang ia peroleh, disamping diajar tentang materi penelitian baru. “Saya kagum dengan sistem perkulihan di sana, disiplin dan menyenangkan. Itulah yang patut kita tiru. Saya berharap, ke depannya di Tadris Matematika ada kedisiplinan yang lebih baik lagi dalam kegiatan perkuliahan sehingga tak kalah disiplinnya dengan universitas di luar negeri,” katanya.
Lap. Khotijah dan Diah

0 komentar:

Posting Komentar